Sabtu, 11 Desember 2010

STRATIFIKASI SOSIAL


TUGAS ISD

NAMA             : SITI NURLAILAH MAULINA
KELAS              : 1ID04
NPM                : 36410610





















KATA PENGANTAR

Puji syukur terhadap Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat Nya sehingga penulisan tugas ini dapat terselsaikan.
Dengan tulisan yang berjudul  “Stratifikasi Sosial” ini, maka dijelaskan bahwa penggolongan kasta terjadi di masyarakat kita. Penggolongan tersebut tercipta karena adanya perbedaan yang menonjol antara satu dan yang lainnya.
Maka dari itu, dibuatlah tulisan ini. Disamping itu, penulis membuat tulisan ini untuk memenuhi tugas  Ilmu Sosial Budaya.
“Tiada gading yang tak retak”. Penulisan ini tidaklah sempurna. Maka, penulis menerima kritk dan saran dari pembaca. Dan semoga, penulisan ini berguna bagi pembaca.
Terima kasih.



Jakarta, Desember 2010

Penulis










PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG

Dalam masyarakat, banyak terdapat perbedaan satu sama lain. Dengan perbedaan tersebut, maka terjadi kesenjangan yang terjadi di masyarakat. Kesenjangan ini, mengakibatkan perbedaan yang sangat signifikan dan terlihat jelas di masyarakat, dan menimbulkan terjadinya pemisahan kasta dalam masyrakat secara tidak langsung. Dengan melihat ini, maka akan dibahas tentang stratifikasi sosial atau pengelompokkan masyarakat.


2.      TUJUAN
Tujuan dari pembuatan tulisan ini:
a.      Mengetahui definisi  dari stratifikasi sosial
b.      Mengetahui dasar-dasar atau penyebab pelapisan sosial
c.       Memenuhi tugas ISD














STRATIFIKASI SOSIAL

1.      Pengertian stratifikasi sosial
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).
Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
2.      Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial
a.      Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, pa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.
==== Ukuran kekuasaan dan wewenang ====ÂĎ Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
b.      Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.

c.       Ukuran Ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya

Minggu, 21 November 2010

Warga di sekitar lereng gunung merapi enggan untuk mengungsi



Banyak warga di daerah sekitar lereng gunung merapi meninggal akibat abu panas yang menyembur dari kawah gunung berapi paling aktif di Indonesia. Hal ini seharusnya bisa dihindari jika para warga mau mengikuti saran pemerintah untuk megungsi.mereka sedang melakukan aktivitas sehari-hari ketika letusan terjadi.

sementara alasan mereka tidak mengungsi meski telah mendapat peringatan adalah tidak percaya peringatan itu akan terjadi karena pada tahun 2006 tidak terjadi letusan padahal mereka sudah mengungsi.

selain itu, mereka enggan mengungsi disebabkan oleh aspek budaya, yaitu: bagi warga Gunung Merapi merupakan sumber kehidupan yang menjadi sumber nafkah mereka, mulai dari pertanian hingga peternakan.
Secara kultural ada semacam ikatan kuat antara masyarakat di sana dengan gunung berapi itu karena mereka merasa aman dan nyaman secara ekonomis.
Dengan kata lain mereka tidak bisa begitu saja meninggalkan sumber mata pencaharian yang sangat penting bagi mereka untuk tinggal di tempat pengungsian..


Saran saya dalam hal ini, yaitu Pemerintah seharusnya menyiapkan segala sesutu dengan matang dan penuh perencanaan untuk megevakuasi para pengungsi.